Thursday, July 18, 2013

Ketika habis sabtu

baru dua hari lalu, kita memulai
pertengkaran itu dan sekarang kau
sulut lagi lantaran aku tak datang
tepat waktu. tak habis fikir,
keterlambatanku yang cuma lima
menit kau besar-besarkan. padahal
selama ini pun aku yang selalu
mengalah, malahan lebih sering
menunggumu berjam-jam. tapi aku
tak masalah. karena aku
menyayangimu.
“lu gimana sih, gue udah nungguin
elu dari tadi. lu pikir gue gak ada
kerjaan lain apa?” meski tidak
dengan suara keras tapi aku tau dia
marah. itu yang aku suka. semarah-
marahnya dia..dia paling pantang
membentakku.
“maaf yang..tadi aku ketemu temen
dijalan..dia ngajak ngomong soal
jadwal sidang bulan depan..lagian
toeflku juga masih nanggung..jadi
sekalian minta tolong nyari
informasi buat tempat tes
toeflnya..” jelasku.
“ooh.. gitu donk.. kasih tau kek ke
aku..sms..telfon gt..” cemberutnya.
“kamu kalo diperhatiin kok jadi
kayak anak-anak ya..” kataku sambil
senyum.
“tapi gak papa, itu yang aku suka.”
tambahku lagi.
kau cuir hidungku.
“ga papa donkk.. depan kamu
giniiii” katanya.
entah mungkin bawaan dari kecil
atau kondisi yang membuat dia
seperti itu. tapi anehnya, sifat
kekanakannya ya cuma didepan aku
dan ibunya aja dia lihatkan.
mungkin kejujuran sifatnya itulah
yang bikin aku menyukainya. dan
walaupun tempramental, dia benar-
benar gak pernah membentakku
walau lagi marah-marahnya. aku
fikir begitulah sosok pria yang
sebenarnya. pernah juga ketika
pertama kali kuliah dan saat OSPEK,
cuma dia satu-satunya yang berani
membangkang. aku ketawa jika dia
bercerita tentang kejadian-kejadian
yang dia alami difakultasnya.
kebetulan dia difakultas teknik. gak
ada yang aneh, malahan aku
semakin kagum.. keberanian dia
memberontak yang
salah..ketidaksukaan dia dengan
sebutan junior-senior yg seolah-
olah mendiskriminasi..tidak takut
dengan dosen..sekaligus itu dosen
killer sekali.. hingga sekarang.
ketika kita hendak sama-sama
wisuda. aku tau, seorang dosen
yang mungkin kesal dengannya
menghambat kelancaran untuk
menyelesaikan tugas akhirnya.
akupun cuma bisa memberi
dukungan yang semampu bisa aku
beri. terkadang kasihan
juga..karena aku tau
perjuangannya..
“gimana kelanjutan bimbingannya
sama pak hamzah yang?” tanyaku
ketika motor yang kami kendarai
melaju.
“entahlah yang, kalau boleh udah
ku lemparin bom kerumahnya” aku
tau dia becanda.
“hahaha..memang bapaknya
gak.bilang apa-apa?”
“bukan gak bilang apa-apa lagi.. dia
maki-maki aku. bilang aku gak ada
otaklah inilah..kalau aja waktu itu
gak ada pak joko. udah lebam itu
orang”
“untungnya gak jadi kan???”
“ya utungnya sih enggak..”
“bagus…eh yang, makan dulu
yuk..laper”
“nahhh..dari tadi donk..ada duit
kan? mo makan dobel nih..laperku
pake banget”
ya..begitulah.. berantemnya yang
tadi juga ilang gitu aja..
***
“yang, nanti siang jangan lupa
sholat jum’at. sekalian pulang
jangan keluyuran dulu.” isi sms
yang ku kirim kepadanya.
“oke cintaahhh” walau singkat.
balasan dia cukup bagiku.
“eh iya yang, aku lupa.. nanti
mungkin pulang agak telat. tadi
bapak hamzah nyuruh aku nemuin
dia. mungkin membicarain soal
rangkaianku” sms berikutnya
datang.
“ooh..ga apa-apa yang..jangan lupa
makan siang kalau gitu”
“sip..” sms berhenti.
aku ga memiliki firasat apa-apa saat
itu. karena ya..biasanya dia
memang selalu memberi tau jadwal
dia sehingga tidak membuat aku
panik dan khawatir. aku orang
kedua setelah ibunya yang dia
percaya. jadi jika ibunya tau..aku
juga tau..
***
jam sudah menunjukkan pukul 11
malam. dan aku juga belum
mendengar kabar dari dia. entah
keberapa kali aku coba hubungi
tetap. handphonenya sudah gak
aktif.
beberapa menit setelah itu..
“wanda, ini mama.. jo lagi di UGD,
kritis. kesini ya nak”
jantungku seperti berhenti.
apa? kritis? kenapa? ada apa?
buru-buru, aku starter motor
matikku sebelum minta izin sama
bapak.
***
” jo kenapa ma? kenapa jo bisa
begini ma?” cecarku.
” dia berantem dengan dosen
pembimbingnya. tapi jo masih bisa
menahan emosinya. sayang, pas dia
mau berbalik untuk pulang,
dosennya menghantam kepala jo
dengan alat rangkaiannya.” aku tau,
rangkaian tugas akhirnya itu gak
ringan..
“enggak..enggak mungkin…” air
mataku jatuh.. “jooo..”
” mungkin dosennya gak suka sama
jo karena dia selali berfikir jo
membangkang. padahal tidak
nak..jo cuma gak mau teman-
temannya juga di buat sama seperti
dia..direndahkan..padahal
mahasiswa kuliah juga untuk
didik.bukan cuma di remehkan
seperti itu”
aku tau..aku tau..selaku dalam hati.
jo..aku gak ingin kamu pergi..aku
gk ingin kehilangan kamuu.. isakku
menjadi.
***
“wanda..wanda..” dia masih
memejam.
“iya.. aku disini..”
“maafin aku..maafin aku..aku gak
bisa nepatin janjiku..aku gak bisa
nepatin janjiku..” tangisku buncah..
“gak papa..gak papa..” jawabku
pelan.
“wanda..”
“iya..”
“aku udah gak kuat..”
“iya..”
“aku ingin tidur..”
“nanti..nanti saja tidurnya
sayang..tunggu kita sama-sama
wisuda dulu..”
“…”
“…”
“…”
tak ada jawaban.
diam.
ruangan itu hening.
hujan mulai turun sabtu itu.
bahkan..mungkin akan selalu turun
sehabis sabtu itu.

0 comments:

Post a Comment