Friday, May 16, 2014

FanFic -Death Note- Eps 1

Prediksi Yang salah

"Kenapa kau masih hidup Ryuk?" Tanya L ketika sedang memainkan papan caturnya.
"Karena aku hidup, hekekekekek" Kekeh Shinigami itu.
"Bukan itu yang aku maksud, kau sudah menuliskan nama di buku itu. Lalu kenapa kau tidak menjadi abu? Bukankah kalau Shinigami sudah menuliskan sebuah nama dari tangan dia, dia langsung lenyap?" Tanya L sedikit penasaran, Kira yang mati ditangan Shinigaminya sendiri itu masih menjadi pemikiran bagi L.
"Shinigami lenyap atau menjadi abu jika yang dituliskannya bukan pemegang buku ini, tapi jika dia menuliskan nama Tuannya otomatis umur Shinigami tidak akan terganggu" Jelas Ryuk.
"..." L atau Ruuzaky terdiam. Mencoba mencerna ucapan Shinigami ini.
"Oh ya, ada satu hal yang tidak diketahui Kira." kata Ryuk tiba-tiba yang membuat Ruuzaky menoleh.
"Apa itu?"
"Dia tidak tahu, ketika buku itu dituliskan oleh Shinigami sendiri. Semua hal yang telah tertuliskan oleh pemegangnya tidak berlaku lagi"
"Benarkah demikian Ryuk?"
"Iya"
"Begitu" L mengambil tumpukan gula diatas mejanya yang berantakan. Memasukannya segenggam ke dalam cangkir kopinya. Pertanda dia bahagia.

---

"L, apa yang kau lakukan disini?" Inspektur Yagami terkejut melihat L berada dalam kantornya.
"Kira beraksi lagi" Katanya singkat.
"Itu tidak mungkin"
"Mungkin saja, Saya sudah menanyakan hal ini kepada Shinigami. Setiap orang bisa memiliki Death Note"
"Bag...Bagaimana mungkin!" kata inspektrur terbata.
"Semua hal mungkin inspektur, Death Note akan jatuh ke tangan seseorang jika dia memohon kepada Dewa Kematian untuk memilikinya. Kita lihat dalam dua kasus lalu bukan? Ada dua Kira." Jelas L.
"Jadi..."
"Kau tidak baca berita, Inspektur?"
"Tidak"
"Kalau begitu hidupkan televisimu"
"- Kembali, setelah lama tidak dikabarkan kemunculannya. Kira, Sang Penegak Keadilan kembali menunjukkan dirinya. Berikut pesan yang dia sebarkan keseluruh media ' Kira kembali, Kira kembali dan akan menegakkan keadilan lagi!'-tit",

"Ini mustahil" Ucap Inspektur setelah mematikan siaran langsung itu.
"Ya... mustahil" Memainkan lolipopnya, L duduk jongkok di atas sofa sambil memikirkan hal ini lebih dalam.

"Aku mengira Kira sudah tak ada lagi setelah kematian Light dan kesalahan atas kematianmu L"
"Aku juga berfikir begitu Inspektur"
"Apa yang harus kita lakukan?"
"Memulai lagi dari awal"

Tidak seperti biasanya, L tak suka jika pekerjaannya harus mulai lagi dari awal. Namun, kali ini dia bertekad. Ini masalah serius. Ada bahaya yang amat sangat nyata mengancam bumi. Prediksinya melenceng, tak cukup dengan membakar death Note milik Misa. Lalu, Death Note milik Light ini apakah harus dibakarnya juga? Tidak... tidak mungkin, jika ini dibakar... Eh, tapi tunggu dulu. Kenapa tidak dimanfaatkan saja? bukankah jika kita melakukan pertukaran mata kita bisa melihat umur manusia?, bisiknya

"Ryuk," Katanya kemudian "Beri aku matamu"

Friday, May 9, 2014

Kumpulan Puisi Surealisme


Kelakuan

pada dasarnya kita sama
sama sama berkelamin betina

kau merangkak
aku berjalan tegak

tak soal seberapa besar kepang sanggulmu
yang penting jangkar otak dalam tengkorak itu

kau tergelak
kata-kataku yang jika didengar manusia jelas menyesak dada mereka

ah tak jadi soal
dulu juga mereka sama
bahkan sekarang juga
katamu sembari menjejal tulang belulang berbelatung kemulut kasarmu

jacket beludru tersampir dibahu
topi hangat terjejal dikepalamu
kontras sekali dengan rupaku
bulu tebal membebat ragaku
memasukkan roti tawar yang tadi kubeli dikedai itu

- oo -

Celoteh

bibir cangkirku kini sumbing
semalam suntuk kugigiti terus
karena kerap sekali mencelotehi kau

dia sepertinya lebih ingat kenangan ketika kau mencampakkan dia daripada aku
tak lagi manis kurasa setiap kali kusesapi muncungnya

dia meraung
memberontak
hingga sesapanku tak tertelan malah terbuang

aku lempar dia
namun dia cuma menangis
meratapi kepergianmu

- oo -

Mulutku Mulutnya

mulutku dan mulutnya saling melumat dalam senggama
berceloteh kasar hingga tertawa
hingga terbusai liur dibuatnya

terserah
mau yang dimakannya itu makanan halal atau haram
yang jelas kita melumat dengan garang
menggigit tanpa belas kasihan
yang pasti mulutku dan mulutnya saling menggeram

banyak yang mencibir
hingga lidahnya terjulir bagai anjing kepanasan
yang tak dapat makan dari tuan

tak soal,
kami tetap garang dalam erangan

- oo -

Sajak Sahabat

kawan, terima kasih
atas kesedianmu memberi tempat aku diantara temanmu, temanku juga

kerap kali sindirian yang aku lontarkan dianggap peluru
yang dengan seketika mematikan aliran darahmu sehingga dia memancar keluar
salah kawan, picik dugaanmu mengenyahkan terima kasihku

kita hendaknya belajar,
belajar yang banyak agar hidup lebih bijak
bukan berdiam diri dalam satu tempat
kemudian berkata kau yang hebat
salah kawan, salah

kau selalu menyindirku
usah terlalu senang didunia biru
padahal pelajaran kerap ku ambil dari situ
dengan sedikit membuka buku

banyak orang bilang
pengalaman bukan  guru kalau kita tak terjun kedalam
berkubang hingga kotor
hingga bibirmu jontor-jontor

kebaikanmu mulia, kawan
salahnya kau terlalu mendikte dengan pengelihatan
atau aku yang salah kawan,
terlalu memaksakan kehendak agar kau belajar dari satu saja arahan

Si Sulah

Serial anak-anak Minang

"Si Sulah"

Pada jaman dahulu kala, kalau tidak mau kubilang jaman Pak Harto karena sinisme tertentu dan rezim orde baru yang dibilang otoriter itu. Hiduplah seorang anak kecil berkepala pelontos alias botak jika tak mau aku bilang sulah. Giginya tinggal dua karena habis dimakan rayap. Jelas saja itu tak mungkin...gigi itu penguyah coklat sejati yang diambil dari warung bundonya. Bahagia sekali memang. Sekarang mana ada, main "sipak tekong". Aku tak tau bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesianya kubilang menurut bahasa daerahku sajalah.

Sampai malam dibelakang mesjid dekat kuburanpun jadi mereka main begitu. tidak peduli amay-amay
menyoraki mereka. Roh kuburan akan marah dan "manyapo" mereka. aku tidak mengerti, hubungannya apa, sampai sekarangpun.

Sial benar. Semenjak rezim pak jendral lengser, saat itu pula para keyakinan bocah-bocah tengik macam kami luntur dengan datangnya barang mewah semacam hape atau alat main game paling canggih jaman itu gimbot. Rasanya jadi orang kaya sekampung jika punya gimbot. beda lagi sekarang. Gimbot saja tak laku.

***
Azan magrib sudah berkumandang, tak ayal Si Sulah tadi tergopoh pulang, takut dimarahi Bundonya. Anak sekarang, pulang malam saja bukannya kena marah. Dimarahi malah memarahi balik, telak benar. Mencari handuk buat mandi dan ke surau. Berada di syaf paling depan dideretan "Gaek" dan "Apak" si sulah pede. Entah hapal dengan ayat yang dibaca entah cuma komat kamit saja.

"Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabaraktuh"

Pak Ustad membuka pertemuan mengaji malam itu. Biasanya bapak Ibrahim atau bapak Tengku.tapi ini sepertinya Ustad baru.

"Baiklah hari ini saya menggantikan bapak Ibrahim karena beliau pulang kampung ke Mentawai" kami
bahagia.

"Untuk itu hari ini kita akan mempelajari surat Al- Kafirun, yang hapal akan saya kasih duit seribu" sambil menlongokkan duit seribu berwarna biru. Seribu sudah banyak jaman itu, bisa beli miso.

Kami girang bukan kepalang, duit seribu dan kelereng yang akan dibeli besok. Isi kepala Si Sulah.
Terpatah-patah menghafal beberapa ayat itu. Si Sulah cuma bisa dua ayat saja. Mencelos lah hatinya. Gagal uang seribu.

***

"Kenapa kau macam kucing kena ikat lehernya. Menyuduik saja." Kata Bundo
"Aku tak dapat duit seribu dari Pak Ustad Bundo."

"Ondeh, macam apa pula itu"

"Kata Pak Ustad kalau hapal surat al-kafirun dikasih duit seribu"

"Alah...alah...hei Sulah...jangan uang saja di otak kau itu. Tujuan Bapak Ustad itu biar kau hapal dan
mendalami suratnya. Bukan duitnya. Apa modal kau hidup nanti jika Al-Qur'an saja kau tak pandai membacanya. Mau kau ajari apa anak kau kelak? Bundo tak mungkin mengingatkan kau soal ini. mana tau sebentar lagi umur Bundo habis. Ingat Nak, angan dunia ini saja kau kejar, kau hidup akan mati bukan hidup selamanya..."

"Iya bundo"

***

Sajak Menyoal Cinta

Kata orang, cinta itu membuat gila kawan, benar saja
bayangkan! belum lebih dari seminggu aku mengenal orang tiga kali sudah dia berkata suka padaku
gila benar kawan
benar gila

katanya love at the first sight
kataku love is a blind side
bukankah itu benar kawan?
ketika kagum dan cinta datang beriiringan

susah benar kawan,
kutawarkan persahabatan
dia bersikukuh ingin mendapatkan
hingga cinta berkali-kali diungkapkan

beri aku nasehat
beri aku petuah
hingga tak sesat tabiat
hingga membuncah sumpah sesumpah

Thursday, May 8, 2014

Cnblue Can't Stop

http://soundcloud.com/kpopseven_net/cnblue-cant-stop

Cnblue Because i miss you

http://soundcloud.com/sukiongaku/cnblue-because-i-miss-you

Tuesday, May 6, 2014

FanFiction Edisi Gong Yoo

Lelaki berkumis tipis di depanku tersenyum, melihatkan giginya yang rapi. Hidung mancungnya makin kelihatan karena tarikan pipinya. Gong Yoo... , kataku dalam hati.

"Key, jangan senyum-senyum sendiri begitu. Apa yang kau perhatikan?" Kata pria di seberangku.
"Memperhatikanmu" Kataku singkat.
"Ah... kau membuatku malu" Dia melengahkan wajahnya. Pipinya memerah jelas di kulit kuningnya.
"Oppa, kau akan pergi lamakah?" Tanyaku kemudian.
"Mmhh... untukmu tidak"
"Tapi kau mau meninggalkan aku selama dua tahun" Ucapku sedih.
"Kau merindukanku?"
"Iya, sekarang saja sebelum kau pergi aku sudah merindukanmu" Mataku berkaca. Rasanya enggan melepaskan dia pergi. Perusahaan yang mengontraknya lalu memintanya kembali untuk menyelesaikan pekerjaannya yang masih tertinggal.
"Kau pasti banyak ditaksir cewek" Aku tiba-tiba berkata demikian, rasa cemas yang begitu besar membuatku takut kehilangan dia.
"Iya, banyak yang naksir aku" Katanya
"Tuh kan..."
"Banyak yang naksir aku, tapi aku cuka naksir kamu" Dikecupnya keningku. "Key, aku menyayangimu. Jangan berfikiran begitu, aku janji akan secepat mungkin menyelesaikan pekerjaanku." Katanya mantap.
"Iya Oppa..." Aku memeluknya kemudian.

Gong yoo Oppa!

Siapa yang kagak kenal Gong Yoo? Buat yang gak kenal korea mungkin sih iya. hehehe.. lihat wajah Gong Yoo jadi inget Dorama jepang Beautiful life, Takuya Kimura. Entah kenapa muka mereka kok ada yang mirip. heuheu atau mata aku yang emank jereng? hahaha... tapi, Gong Yoo TOP lah. cakep...  :3

nah,, ketawanya aja bening kan :v


Monday, May 5, 2014

Gate Of Sun ( a History by me)

 Gerbang Matahari ( Gate Of Sun)

KORIDOR 21
Nama itu terpampang jelas di depan mata Penny, lampu LEDnya berkedip-kedip tanpa henti. Aku penasaran, apa benar yang dikatakan suku Terokansuto tentang misteri koridor ini, katanya pada diri sendiri. Dia mencoba melangkah mengamati pintu besar berbentuk gerbang istana itu. Dia amati lekat-lekat teksturnya. Tidak ada perubahan, bisiknya. Di sisi pintu terdapat ukiran ala suku Terokansuto, suku pedalaman Mongol.

 
Terokansuto, suku ini berdiri 120SM di daratan Mongolia. Pada masanya, suku ini merupakan suku terbesar dan terkaya. Banyak para ahli arkeologi dan sejarah ingin mengungkapkan mitos-mitos yang dimiliki oleh suku ini antara lain dengan pintu transformasi mereka. Penny Vinch, bukanlah seorang arkeolog ataupun sejarahwan. Kekagumanny dengan berbagai benda-benda dengan kekuatan supranatural membuatnya sedikit terlihat gila.

"Hei, apa yang kau lakukan disana?" Teriak penjaga keamanan disisi kanan koridor itu.

"Tidak ada, cuma mau melihat-lihat saja." kata Penny cuek.

"Apa yang kau lihat?" Tanya penjaga itu dengan wajah gusar setelah mendekati Penny dengan berlari.

"Aku melihat pintu ini. Apa aku kelihatan memperhatikan hal lain?" Penny mendengus kesal.

"Lebih baik kau pergi, apa kau tidak lihat tulisan itu?" Tunjuknya kesisi kiri pintu.

 

"SEDANG PERBAIKAN"

 

" Apa kau bercanda? Mana ada pintu diperbaiki sudah lebih dari lima tahun tapi belum juga selesai. " Kata Penny memancing reaksi tak terduga penjaga itu.

Koridor 21 ini sengaja di tutupi oleh beberapa ruangan. Koridor ini terletak disalah satu museum di kota Roma, Penny sendiri berasal dari Jerman. Hanya untuk membuktikan kebenaran pintu gerbang ini setelah kejadian misterius lima tahun silam ketika pintu gerbang itu dipasang disalah satu ruangan menuju pustaka di museum La Pena ini.

- ooo -

- 1 -

"Penny, kau harus lihat ini" Brian menyodorkan surat kabar harian jerman itu kepadanya yang kemudian mengernyit.

"Ini koran lima tahun yang lalu Brey, untuk apa kau berikan padaku?"

"Aku tidak menyuruhmu melihat tanggalnya Penny, perhatikan kolom berita di sudut kanan paling bawah."

"Seorang pria tidak diketahui keberadaanya setelah berkunjung ke museum La Pena?"

"Ya!"

"Itu saja, tidak ada hal yang menarik lagi."

"Baca beritanya sampai habis Penny ada kejanggalan disana." Di bukanya halaman sambungan berita itu, di bacanya dengan seksama.

"Brey! Ini luar biasa... Gerbang Matahari itu!"

"Yap! Itu yang aku maksudkan dari tadi. Jadi, apakah kau berminat untuk menyelidikinya? aku tidak mau kantor kita ini cuma mengurusi barang-barang orang yang hilang. Terakhir kasus yang kita terima sudah cukup membuatku kelelahan."

"Lukisan Madam Helen?" tanya Penny menahan tawa.

"Jangan sebut namanya Penny," Brian melambaikan tangannya seperti memohon " Bagaimana? Kau mau menyelidikinya?" Brian kembali ke permasalahan yang mereka bicarakan tadi.

"Sure, essere felici "*

"Oke, kau kepakkan barangmu secepatnya. Anggap saja kau libur kali ini" Brian mengambil koran yang sedari tadi di pegang Penny lalu kembali ke ruangannya.

Antiquitäten Berater adalah kantor konsultan untuk barang antik, dikarenakan jarang sekali ada kolektor yang hendak konsultasi dengan mereka dan lebih memilih berdagang secara gelap. Jadilah kantor ini cuma mengurusi barang-barang koleksi orang yang hilang.

 

***

 

Seusai adu argumen dengan penjaga keamanan museum itu, Penny di usir secara tidak sopan.

"Scheiße! aku tidak sempat memfotonya" Dia mendengus kesal.Mengambil selulernya kemudian memencet beberapa nomor.

"Brey, kau tidak bilang kalau gerbang itu dijaga" Adu Penny.

"Aku kira kau sudah menduganya" Jawab Brian polos.

"Aku tidak menduganya Brey, Aku mengira karena kejadian silam itu gerbang cuma ditutupi dan tidak dijaga."

"Ah, Kau... , lalu?"

"Lalu apa? Besok aku lanjutkan. Sampai jumpa" Penny menutup percakapan itu. Dia melambai ke arah taksi yang akan melewatinya. Berhenti kemudian masuk dibangku penumpang.

 

"Kau penasaran juga dengan gerbangnya?" Penny terkejut, dia seolah kenal dengan suara itu.

"Kau... " Penny tak menyelesaikan ucapannya. Supir taksi itu lebih dulu membuka topi dan kacamatanya.

"Ted!" Penny terkejut " Kenapa kau ada disini?" tanya Penny.

"Sama halnya denganmu" Jawab Ted singkat.

"Sama denganku? Apa yang kau maksud?" Penny masih mengelak saat Ted memberikan jawaban pada pertanyaannya.

"Ohh... sudahlah Penny, jangan pura-pura bodoh! Apa yang kau temukan?" Tanya Ted kemudian
.
"Tidak ada, cuma penjaga keamanan yang sok" Jawab Penny sekenanya

"Kau tidak menemukan koridor itu?"

"Koridor apa?" Penny tetap mengelak meski dipancing Ted berkali-kali.

"Urrrgghhh... " Ted kesal, kemudian menepikan mobil yang dikemudikannya.

"Kenapa kau berhenti? Aku belum sampai ke tujuanku." kata Penny cuek dengan tidak memperhatikan sikap Ted.

"Oke, baiknya kita kerja sama" Ted langsung menodong Penny.

"Maksudmu?"

"Aku sudah tahu apa yang di rencanakan Brian temanmu itu."

"Dari mana kau tau? Apakah kau menguping pembicaraan kami waktu itu?" Selidik Penny.

"Mmhh... secara langsung tidak."

"Tetapi?"

"Kau tidak kenal Brian, Penny. Dia tau kau pegawainya yang loyal dan memiliki ambisi makanya dia menyuruhmu menyelidiki ini. Dia punya rencana lain." Terang Ted mengelak pertanyaan Penny.

"Tidak mungkin, apa yang harus ditutupi Brey denganku?"

"Aku lebih dulu bekerja dengan dia. Aku tau siapa dia. Oh ya, bisakah kita mampir untuk makan siang? Sesampai Roma aku belum makan secuil pun." Ted berkata sambil mengusap-ngusap perutnya yang rata.

"Belum makan? Mungkin yang kau maksud belum makan adalah memakan bungkus tacos di dasboard mobil itu" Cibir Penny.