Friday, May 9, 2014

Si Sulah

Serial anak-anak Minang

"Si Sulah"

Pada jaman dahulu kala, kalau tidak mau kubilang jaman Pak Harto karena sinisme tertentu dan rezim orde baru yang dibilang otoriter itu. Hiduplah seorang anak kecil berkepala pelontos alias botak jika tak mau aku bilang sulah. Giginya tinggal dua karena habis dimakan rayap. Jelas saja itu tak mungkin...gigi itu penguyah coklat sejati yang diambil dari warung bundonya. Bahagia sekali memang. Sekarang mana ada, main "sipak tekong". Aku tak tau bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesianya kubilang menurut bahasa daerahku sajalah.

Sampai malam dibelakang mesjid dekat kuburanpun jadi mereka main begitu. tidak peduli amay-amay
menyoraki mereka. Roh kuburan akan marah dan "manyapo" mereka. aku tidak mengerti, hubungannya apa, sampai sekarangpun.

Sial benar. Semenjak rezim pak jendral lengser, saat itu pula para keyakinan bocah-bocah tengik macam kami luntur dengan datangnya barang mewah semacam hape atau alat main game paling canggih jaman itu gimbot. Rasanya jadi orang kaya sekampung jika punya gimbot. beda lagi sekarang. Gimbot saja tak laku.

***
Azan magrib sudah berkumandang, tak ayal Si Sulah tadi tergopoh pulang, takut dimarahi Bundonya. Anak sekarang, pulang malam saja bukannya kena marah. Dimarahi malah memarahi balik, telak benar. Mencari handuk buat mandi dan ke surau. Berada di syaf paling depan dideretan "Gaek" dan "Apak" si sulah pede. Entah hapal dengan ayat yang dibaca entah cuma komat kamit saja.

"Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabaraktuh"

Pak Ustad membuka pertemuan mengaji malam itu. Biasanya bapak Ibrahim atau bapak Tengku.tapi ini sepertinya Ustad baru.

"Baiklah hari ini saya menggantikan bapak Ibrahim karena beliau pulang kampung ke Mentawai" kami
bahagia.

"Untuk itu hari ini kita akan mempelajari surat Al- Kafirun, yang hapal akan saya kasih duit seribu" sambil menlongokkan duit seribu berwarna biru. Seribu sudah banyak jaman itu, bisa beli miso.

Kami girang bukan kepalang, duit seribu dan kelereng yang akan dibeli besok. Isi kepala Si Sulah.
Terpatah-patah menghafal beberapa ayat itu. Si Sulah cuma bisa dua ayat saja. Mencelos lah hatinya. Gagal uang seribu.

***

"Kenapa kau macam kucing kena ikat lehernya. Menyuduik saja." Kata Bundo
"Aku tak dapat duit seribu dari Pak Ustad Bundo."

"Ondeh, macam apa pula itu"

"Kata Pak Ustad kalau hapal surat al-kafirun dikasih duit seribu"

"Alah...alah...hei Sulah...jangan uang saja di otak kau itu. Tujuan Bapak Ustad itu biar kau hapal dan
mendalami suratnya. Bukan duitnya. Apa modal kau hidup nanti jika Al-Qur'an saja kau tak pandai membacanya. Mau kau ajari apa anak kau kelak? Bundo tak mungkin mengingatkan kau soal ini. mana tau sebentar lagi umur Bundo habis. Ingat Nak, angan dunia ini saja kau kejar, kau hidup akan mati bukan hidup selamanya..."

"Iya bundo"

***

0 comments:

Post a Comment