Monday, May 5, 2014

Gate Of Sun ( a History by me)

 Gerbang Matahari ( Gate Of Sun)

KORIDOR 21
Nama itu terpampang jelas di depan mata Penny, lampu LEDnya berkedip-kedip tanpa henti. Aku penasaran, apa benar yang dikatakan suku Terokansuto tentang misteri koridor ini, katanya pada diri sendiri. Dia mencoba melangkah mengamati pintu besar berbentuk gerbang istana itu. Dia amati lekat-lekat teksturnya. Tidak ada perubahan, bisiknya. Di sisi pintu terdapat ukiran ala suku Terokansuto, suku pedalaman Mongol.

 
Terokansuto, suku ini berdiri 120SM di daratan Mongolia. Pada masanya, suku ini merupakan suku terbesar dan terkaya. Banyak para ahli arkeologi dan sejarah ingin mengungkapkan mitos-mitos yang dimiliki oleh suku ini antara lain dengan pintu transformasi mereka. Penny Vinch, bukanlah seorang arkeolog ataupun sejarahwan. Kekagumanny dengan berbagai benda-benda dengan kekuatan supranatural membuatnya sedikit terlihat gila.

"Hei, apa yang kau lakukan disana?" Teriak penjaga keamanan disisi kanan koridor itu.

"Tidak ada, cuma mau melihat-lihat saja." kata Penny cuek.

"Apa yang kau lihat?" Tanya penjaga itu dengan wajah gusar setelah mendekati Penny dengan berlari.

"Aku melihat pintu ini. Apa aku kelihatan memperhatikan hal lain?" Penny mendengus kesal.

"Lebih baik kau pergi, apa kau tidak lihat tulisan itu?" Tunjuknya kesisi kiri pintu.

 

"SEDANG PERBAIKAN"

 

" Apa kau bercanda? Mana ada pintu diperbaiki sudah lebih dari lima tahun tapi belum juga selesai. " Kata Penny memancing reaksi tak terduga penjaga itu.

Koridor 21 ini sengaja di tutupi oleh beberapa ruangan. Koridor ini terletak disalah satu museum di kota Roma, Penny sendiri berasal dari Jerman. Hanya untuk membuktikan kebenaran pintu gerbang ini setelah kejadian misterius lima tahun silam ketika pintu gerbang itu dipasang disalah satu ruangan menuju pustaka di museum La Pena ini.

- ooo -

- 1 -

"Penny, kau harus lihat ini" Brian menyodorkan surat kabar harian jerman itu kepadanya yang kemudian mengernyit.

"Ini koran lima tahun yang lalu Brey, untuk apa kau berikan padaku?"

"Aku tidak menyuruhmu melihat tanggalnya Penny, perhatikan kolom berita di sudut kanan paling bawah."

"Seorang pria tidak diketahui keberadaanya setelah berkunjung ke museum La Pena?"

"Ya!"

"Itu saja, tidak ada hal yang menarik lagi."

"Baca beritanya sampai habis Penny ada kejanggalan disana." Di bukanya halaman sambungan berita itu, di bacanya dengan seksama.

"Brey! Ini luar biasa... Gerbang Matahari itu!"

"Yap! Itu yang aku maksudkan dari tadi. Jadi, apakah kau berminat untuk menyelidikinya? aku tidak mau kantor kita ini cuma mengurusi barang-barang orang yang hilang. Terakhir kasus yang kita terima sudah cukup membuatku kelelahan."

"Lukisan Madam Helen?" tanya Penny menahan tawa.

"Jangan sebut namanya Penny," Brian melambaikan tangannya seperti memohon " Bagaimana? Kau mau menyelidikinya?" Brian kembali ke permasalahan yang mereka bicarakan tadi.

"Sure, essere felici "*

"Oke, kau kepakkan barangmu secepatnya. Anggap saja kau libur kali ini" Brian mengambil koran yang sedari tadi di pegang Penny lalu kembali ke ruangannya.

Antiquitäten Berater adalah kantor konsultan untuk barang antik, dikarenakan jarang sekali ada kolektor yang hendak konsultasi dengan mereka dan lebih memilih berdagang secara gelap. Jadilah kantor ini cuma mengurusi barang-barang koleksi orang yang hilang.

 

***

 

Seusai adu argumen dengan penjaga keamanan museum itu, Penny di usir secara tidak sopan.

"Scheiße! aku tidak sempat memfotonya" Dia mendengus kesal.Mengambil selulernya kemudian memencet beberapa nomor.

"Brey, kau tidak bilang kalau gerbang itu dijaga" Adu Penny.

"Aku kira kau sudah menduganya" Jawab Brian polos.

"Aku tidak menduganya Brey, Aku mengira karena kejadian silam itu gerbang cuma ditutupi dan tidak dijaga."

"Ah, Kau... , lalu?"

"Lalu apa? Besok aku lanjutkan. Sampai jumpa" Penny menutup percakapan itu. Dia melambai ke arah taksi yang akan melewatinya. Berhenti kemudian masuk dibangku penumpang.

 

"Kau penasaran juga dengan gerbangnya?" Penny terkejut, dia seolah kenal dengan suara itu.

"Kau... " Penny tak menyelesaikan ucapannya. Supir taksi itu lebih dulu membuka topi dan kacamatanya.

"Ted!" Penny terkejut " Kenapa kau ada disini?" tanya Penny.

"Sama halnya denganmu" Jawab Ted singkat.

"Sama denganku? Apa yang kau maksud?" Penny masih mengelak saat Ted memberikan jawaban pada pertanyaannya.

"Ohh... sudahlah Penny, jangan pura-pura bodoh! Apa yang kau temukan?" Tanya Ted kemudian
.
"Tidak ada, cuma penjaga keamanan yang sok" Jawab Penny sekenanya

"Kau tidak menemukan koridor itu?"

"Koridor apa?" Penny tetap mengelak meski dipancing Ted berkali-kali.

"Urrrgghhh... " Ted kesal, kemudian menepikan mobil yang dikemudikannya.

"Kenapa kau berhenti? Aku belum sampai ke tujuanku." kata Penny cuek dengan tidak memperhatikan sikap Ted.

"Oke, baiknya kita kerja sama" Ted langsung menodong Penny.

"Maksudmu?"

"Aku sudah tahu apa yang di rencanakan Brian temanmu itu."

"Dari mana kau tau? Apakah kau menguping pembicaraan kami waktu itu?" Selidik Penny.

"Mmhh... secara langsung tidak."

"Tetapi?"

"Kau tidak kenal Brian, Penny. Dia tau kau pegawainya yang loyal dan memiliki ambisi makanya dia menyuruhmu menyelidiki ini. Dia punya rencana lain." Terang Ted mengelak pertanyaan Penny.

"Tidak mungkin, apa yang harus ditutupi Brey denganku?"

"Aku lebih dulu bekerja dengan dia. Aku tau siapa dia. Oh ya, bisakah kita mampir untuk makan siang? Sesampai Roma aku belum makan secuil pun." Ted berkata sambil mengusap-ngusap perutnya yang rata.

"Belum makan? Mungkin yang kau maksud belum makan adalah memakan bungkus tacos di dasboard mobil itu" Cibir Penny.

0 comments:

Post a Comment